Kamis, 09 Juni 2011

Aku masih disini...

Aku masih disini. Berdiri ditempat yang sama, menggenggam janjiku padamu.
Janji usang yang pernah kita ucapkan. Janji yang selalu berusaha kita lakukan. Yang entah mengapa kemudian kita mundur perlahan.
Aku masih terus menerus diserang rindu. Dalam hening yang semakin bising, aku meringkuk mencandu peluk. Dalam diam yang perlahan menikam, aku merintih mengusir rindu yang datang tertatih.
Aku masih disini. Tertunduk memandang sepi. Merangkai mimpi, dengan jutaan tanda tanya dikepala yang tak pasti.
Dan aku, aku masih disini. Membalut luka, memalsukan tawa. Aku disini, berdiri sendiri ditengah sepi, masih menggenggam janji.
Aku berdiri dengan pipi basah. Dengan luka yang masih memerah. Tapi aku tidak marah, aku hanya menunggumu pulang sembari menunjukkan arah.
Cepatlah pulang, kamu. Kembali ke hatiku. Aku sudah menyediakan tempat khusus untukmu. Juga, agar kau tahu aku sedang menyembunyikan duka.

Minggu, 16 Januari 2011

tentang kita dan hujan

Hujan.

Sore ini hujan kembali lagi. Tak henti hentinya ia turun mengguyur bumi, membasahi tanah. Terkadang intensitasnya kecil, sedang, bahkan besar dengan ditemani angin yang sangat tak bersahabat. Hei tanah, bagaimana perasaanmu? Hampir setiap hari kau bertemu dengan hujan. Mungkin hanya dengannya kau bisa berbagi asa. Berbagi cerita. Berbagi gembira bersama.


Menatap hujan, ingatanku mulai melayang. Menggali memori tentang kita dan hujan. Berbulan bulan yang lalu. Kita berdua berboncengan, melawan hujan sore itu. Kala itu aku sedang sangat membenci hujan karena ia menggagalkan rencana wisata kita. Dan pada akhirnya kita pulang, karena hujan semakin menjadi jadi, membuat semua yang ada pada kita basah kuyup tanpa terkecuali. Kau membawaku ke tempatmu, dan segera mengambilkan selimut besar untuk kukenakan, sedangkan kau sendiri basah kedinginan. Aku meringkuk, menggigil. Aku tak kuat menahan dingin. Kau memelukku dari belakang, dan kurasakan tubuhmu panas sekali. Sangat kontras dengan suhu tubuhku yang dingin. Aku melepas selimutnya untuk kau kenakan, namun kau menolak dengan tegasnya. Kau memakaikan kembali selimut itu padaku. Baiklah, terima kasih sayang...
Ketika kau akan mengantarku pulang, hujan ternyata masih turun dengan angkuhnya. Sejujurnya aku tak ingin pulang, aku masih ingin bersama denganmu. Tapi kau bersikeras mengantarku pulang, kau khawatir orangtuaku akan mencariku. Padahal tak perlu khawatir, orangtuaku terkesan cuek. Asal anaknya pulang, sudah cukup bagi mereka asal tidak kemalaman.
Aku tak ingin memakai jaketku yang basah kuyup, jadi kusimpan di dalam tas. Dan lagi lagi kau memberikan jaketmu yang kering padaku, untuk kupakai selama di jalan, agar aku tak kehujanan. Kau tak ingin aku sakit. Padahal kondisi badanmu sendiri sedang rentan. Aku tak mau memakainya, kuberikan padamu untuk kau pakai. Tapi kau malah marah. Kau pikir lebih baik kau yang kehujanan daripada aku. Ah, kenapa harus begitu? Kalau kau sakit, aku juga yang sedih... Kau jauh dari orang tua dan keluargamu. Kau hanya bisa berkeluh kesah padaku. Tapi baiklah sayang, aku mengalah... Akhirnya kupakai jaket itu. Terima kasih lagi, sayang...


Sayang, tahukah kau? Sungguh saat ini aku merasa rindu sekali. Menatap sendu wajahmu. Memeluk hangat tubuhmu. Menggenggam kuat jemarimu. Mencium tanganmu ketika aku pulang.


Sayang, tenanglah..
Ini bukan cerita sedih yang kutulis. Tak perlu marah, aku menulisnya dengan perasaan senang :)


Sayang, tahukah engkau?
Rasa rinduku semakin menggila. Dia menyiksaku, namun dengan cara yang sungguh menyenangkan. Dia hanya menginginkanmu, sayang... Sekedar melepas rindu yang menguat ini.


Sayang...
Kau berjanji akan menemuiku besok sore. Tak boleh lupa, aku pasti akan menunggumu. Atau, kau yang menungguku. Kau harus sabar ya :)


P.S. : 6 days left...

Sabtu, 15 Januari 2011

Ingatkah kamu, Sayang?

Aku menatap layar handphone. Disana terpampang wallpaper fotoku berdua denganmu, bersisian, dan tentu saja tersenyum.

Ingatkah kamu, sayang? Hari itu, tanggal 3 Agustus 2010. Kita pergi berwisata ke candi Gedong Songo, berdua saja. Ketika itu aku sedang menjalani magang di salah satu perusahaan, dan aku membolos sehari, hanya karena ingin pergi jalan-jalan jauh bersamamu. Ah konyol sekali...
Tapi sejujurnya aku tidak menyesal. Perjalanan tersebut sangat menyenangkan, bahkan aku ingat beberapa detail yang mungkin kamu tidak ingat.
Waktu itu kamu mengenakan kaos putih, dan aku melihat ada noda kecil cokelat dibelakangnya. Kamu juga memakai jaket berwarna merah marun yang warnanya senada dengan cardigan yang kukenakan saat itu juga. Kita terlihat serasi sekali ketika bergandengan :) dan beberapa hal lainnya.

Ingatkah kamu, sayang?
Kira-kira 2 minggu setelah itu, terjadi pertengkaran hebat diantara kita berdua. Kurasa itu pertengkaran yang terbesar yang pernah terjadi dalam hubungan kita. Seketika itu juga, sikapmu berubah. Benar-benar berubah. Menjadi dingin, dan seolah tak peduli lagi terhadapku. Dan aku mendengar dari seorang sahabatmu, wanita itu kembali lagi di kehidupanmu. Ya, wanita itu, wanita yang pernah mengecewakanmu, namun entah kenapa kamu masih berkenan menerimanya kembali hanya karena beberapa alasan yang menurutku KONYOL SEKALI. Aku sungguh tak mengerti, apa yang ada dibenakmu ketika itu.
Hari itu, meskipun bulan Ramadhan, aku sedang tidak berpuasa karena, ya, alasan wanita :) saat itu aku benar-benar stres memikirkan masalah kita, dan aku jatuh sakit. Dua hari lebih lambungku tidak terisi makanan, hanya air saja. Aku mengurung diri dikamar berhari-hari, hanya tidur-tiduran, dan menatapi layar handphone, berharap ada panggilan darimu atau sekedar mengirim SMS. Bodoh sekali ya?

Ingatkah kamu, sayang?
Sore itu benar-benar buruk bagiku. Seharian tanpa kabar darimu. Aku mulai menangis. Terus menangis sampai terlelap tidur. Ketika aku bangun, aku mencoba berdiri dari tempat tidur. Pusing sekali, dan mataku langsung gelap. Aku terjatuh ke lantai, bukan pingsan kurasa, karena aku masih sadar. Otakku masih bekerja. Aku masih bisa merasakan kulitku menyentuh lantai yang dingin. Butuh 2 menit untuk duduk menyeimbangkan diriku kembali.
Aku mulai berdiri lagi, mencoba berjalan dan menuruni tangga. Tubuhku gemetar, kepalaku berdenyut-denyut karena beberapa hari tidak makan. Saat hampir tiba di anak tangga, aku terjatuh kembali. Dan kali ini aku langsung pingsan, karena kepalaku terbentur ujung tangga. Aku dilarikan ke rumah sakit terdekat. Hasilnya, aku dimarahi dokter karena tekanan darahku rendah, dan mendapat 5 jahitan di belakang kepalaku.

Ingatkah kamu, sayang?
Saat kamu mengetahui bahwa aku sakit sampai seperti itu, kamu menangis. Tak hanya sekali, namun berkali kali. Kamu meminta maaf padaku, dan seketika itu juga, sikapmu perlahan mulai berubah.... Menjadi kamu yang dulu. Kamu yang kucintai. Kamu yang selalu bisa mengerti. Dan kamu yang dihati...
Oh, sayang... Apakah aku harus jatuh sakit terlebih dahulu untuk merubah sikap dinginmu?

Ingatkah kamu, sayang?
Beberapa hari setelah aku sembuh, aku datang ke rumahmu. Aku duduk disampingmu yang sedang memilih lagu di komputer untuk didengarkan bersama. Aku memelukmu, terus memelukmu. Sampai ketika terdengar lagu D'Bagindas - C.I.N.T.A , aku tiba-tiba menangis mendengarnya. Itu menggelikan, sungguh. Akupun tidak mengerti. Kamu menatapku, dan aku juga melihat air matamu mengalir. Kita saling berpelukan. Dan setelah itu kamu terus saja meminta maafku sambil terus menangis. Kamu berkata akan berusaha untuk tidak akan melukai aku lagi.

Ingatkah kamu, sayang?
Setelah kejadian sakitku, kejadian D'Bagindas, dan kejadian-kejadian lainnya, perlahan hubungan kita membaik. Sangat baik, malah. Dan itu bertahan hingga kini. Dan semoga sampai akhir hayat nanti, Tuhan berkenan mempersatukan kita. Amin.


P.S : Sayang, seminggu lagi aku ulang tahun, pasti ingat kan? Aku mau kadonya kamu saja, seharian untukku, bisa ya? :)

Jumat, 14 Januari 2011

perubahan

Mau tidak mau, aku harus mau mengakui bahwa sedikit banyak, kamu telah membawa perubahan didalam hidupku.
Kamu yang menyadarkanku bahwa keluargaku ternyata masih memperhatikanku. Mereka hanya ingin melihatku bersikap mandiri dirumah, mungkin.
Kamu yang menyadarkanku bahwa pendidikanku harus menjadi nomor satu. Ya, meski aku tak suka mendengarnya :-P (aku benci belajar,sayang....)
Dan kamu yang menyadarkanku bahwa kamu tak bisa selalu berada disampingku meski aku ingin, karena kamu bilang aku harus mempunyai kehidupanku sendiri.
Ya, itulah sebagian perubahan yang telah kamu berikan. Sedikit banyak, itu merubahku :) keegoisan dan sifat manjaku akan terkikis sedikit demi sedikit, lihat saja nanti...

kepergianmu

saat kau pergi
aku tak tahu lagi
apa yangg berkecamuk dihati
yang kutahu
kau dan kepergianmu melukaiku
dalam sekali
hingga aku tak mampu lagi untuk berlari
meski hanya sekedar melepaskan diri dari amarah dan benci ini
tahukah kau?
kau memenangkan aku
kepergianmu itu
membuat lidahku kelu
membuat tubuhku beku
dan lukamu,membuat air mataku menjadi kelabu
bisu
lalu terbelenggu

pemilik hati

kau tahu, rasa cintaku ini egois sekali. dia ingin menguasai seluruh hatiku, menjadi pemilik hatiku yang nomor satu, menyingkirkan rasa benci, iri, amarah dan dengki. dan semua itu untukmu :)

tunggu aku

tunggu aku dijalan itu, dijalan yang kau janjikan dulu. aku akan segera datang, menyusulmu. menjemput masa depan, kita bersama :)